Followers

AHLAN WASAHLAN .. SEKALI SEKALA BUAT TA'RUF BAHASA ETEK ! HEHE ^.~


Friday, 23 November 2012

MaaFkanLah!!! =(


Abu Hurairah meriwayatkan daripada Nabi s.a.w., Rasulullah bersabda:
Musa bin Imran bertanya: "Hai Tuhanku, siapakah hambaMu yang paling mulia di sisiMu? FirmanNya: "Siapa yang mengutamakan kemaafan sedangkan dia mampu untuk membalas kejahatan org lain."
Saya merasakan bahawa perkara yang paling mahal saya terpaksa bayar dalam perjalanan kehidupan ini adalah; sebuah perpisahan. Membayarnya adalah sesuatu yang sangat menyedihkan.
Seseorang itu sepatutnya bersedia, redha, sabar di saat hati yang dihiris dengan kesedihan.
Kita selalu lupa bahawa setiap orang yang telah menambah nilai erti kehidupan kita akan berakhir. Mereka akan pergi meninggalkan kita. Atau kita jua akan berjauhan meninggalkan mereka.
Hari ini kita telah menjadi seseorang. Kita telah menemui pelbagai ragam manusia yang mungkin menyakitkan, mungkin juga menggembirakan. Kita telah pelajari sebuah kehidupan yang sebenar.
Adakah kita berterima kasih kepada mereka? Yang pernah menambah asam garam dalam resepi kehidupan ini?

TERIMA KASIH

Kita seringkali mendengar, "manusia tidak pernah lari dari buat kesilapan", untuk kita sentiasa akui bahawa setiap orang mengaku ketidak sempurnaan dirinya.
Frasa itu juga mengajar kita bahawa "manusia belajar melalui kesilapan", walaupun yang membuat kesilapan itu daripada orang yang lain.
Adakalanya kita rasa sakit hati atas perbuatan seseorang itu. Mungkin sakitnya hati itu tidak dirasai oleh orang yang menyakiti. Mungkin juga dia disakiti.
Namun kita tidak sedar bahawa dia mungkin pernah mengajar kita erti kehidupan lebih banyak dari apa yang dia sakitkan hati kita. Mengapakah kita terlalu keras hati sehingga terlalu mahal harga kemaafan kita?
Tak mahu bertanya sapa, tak mahu mendekati, tak mahu dan tak mahu.
Kerana mungkin kita terlalu sayangkan hati kita? Kuat merajuk? Mungkin?

SELAMAT TINGGAL

Mengapakah seseorang itu merumitkan lagi masalah dengan tidak memaafkan? Sedangkan, lebih mudah menghabiskan cerita yang rumit itu dengan memaafkan?
Kita sebenarnya telah membayar harga yang lebih mahal kerana itu, iaitu dengan memendam sakit hati, berpisah, dan dendam – hanya kerana enggan memaafkan.
Tahukah kita bahawa Rasulullah saw. telah menjadi orang yang berjaya kerana dirinya yang sangat pemaaf?

Baginda dibenci, Baginda dicaci, didengki, namun kerana memahami semua itu adalah hakikat manusiawi, Baginda memaafkan.

Kita mungkin boleh berfikir sendiri, akan manusia yang sangat terpuji akhlaknya. Mungkin Rasulullah itu maksum, bersih hati jiwanya, dan kita tak mampu lakukannya. Tapi bukankah nabi diturunkan agar kita mencontohinya?
Kita bakal lagi akan diuji dengan pelbagai lagi ragam manusia.
Tetapi kita tentu akan tenteram jika kita memaafkan mereka.
Usah merumitkan lagi cerita jika penyelesaiannya hanya dengan membayar sebuah kemaafan andai mereka pernah menjadi rakan, kenalan, atau keluarga kita.

Maafkan sahaja.

Kembalilah bersaudara.

Andai Habil dibunuh kerana hilang rasa persaudaraan daripada satu pihak. Andai agama ini pernah membayar harga persaudaraan itu dengan jenuh dan letih dalam berhijrah. Mengapakah kita menggadaikan persaudaraan itu semudah-mudahnya, angkara perkara yang kecil, tetapi dibesar-besarkan?

Rugilah orang yang memutuskan persaudaraan.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." - [Al-Hujurat : 10]

Monday, 12 November 2012

CATATAN BUAT SAHABAT [ SENYUMLAH ]


Tersenyumlah..
walau langit tiada bintang dan mendung,
Di saat kesulitan membawa segudang duka
Ketika pekerjaan disiniskan orang
Belahan hati meninggalkan diri
Tiada mentari menyinari hidup yang kelam
Kesedihan melanda jiwa kosong hampa
Wajah tertunduk layu dan letih
Belahan hati membuat neraka di rumah.
Tersenyumlah...

Tersenyumlah
walau dunia penuh amarah dan dendam
Disaat engkau memberi , bukan disaat engkau meminta
Ketika semua janji padamu dikhianati
Kesengsaraan sedang mampir dikehidupanmu
kehilangan harta yang sangat berarti
Bermuram durja, kesedihan yang berlarut, seolah hidup tiada arti
Cemberut dengan wajah masam menghilangkan kegembiraan
Hati bergejolak mau marah pada siapa saja yang ditemui
Dunia jadi gelap, melangkah tiada arah
Kehilangan kepercayaan diri, malu ketemu dengan siapa saja
Tersenyumlah


Jangan menyerah, syukurilah apa yang ada
Lepaskan segala gunda gulana yang menyesak hati
Kita tidak terlahir sempurna tapi kita buat hidup ini sempurna dan berarti.

Sabarlah dan jangan putus asa
Kesedihan itu membuat hidup makin keruh
Amarah itu mengerogoti dan membuat buram cahaya hati
Perangi keputusasaan dengan semangat berkarya.


Tersenyumlah dengan dengan hati yang tulus dan ikhlas
Semua bunga ditaman, di hutan bermekaran turut tersenyum
Ikan di laut, di sungai, semua binatang turut tersenyum
Langit, bintang-bintang, semua semesta alam ikut tersenyum
Orang-orang sekitarmu turut tersenyum

Percayalah, senyumanmu membuka pintu kesuksesanmu
Kembalikan percaya dirimu, masih banyak orang mencintaimu
Hidup ini indah bukan ditentukan hari kemarin....
Menyesali hari kemarin tak akan pernah mengembalikannya
Hidup ini indah bukan ditentukan uang dan harta
Jangan jual kebahagiaan mu dengan uang dan harta.
Berpikir dan berjiwa besarlah
Tetaplah tersenyum

Tersenyumlah
Ajak hati dan jiwa mengadu pada ALLAHU ROBBI
Damaikan hati, tenangkan jiwa
Dan dengarkan semua firmanNya
"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka citadari kami" (QS: Fathir:34)

"Dan janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) bersedih hati" (Qs: Ali Imran:139)

"Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah selalu bersama kita (QS:At-Taubah:40)


Sungguh kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri.
Hati yang
lapang dan gembira.
Akhlak yang menawan.
Jiwa yang lembut.
Dan pembawaan
yang tidak kasar.
Perkataan yang penuh sopan santun.
Dengan senyumanmu yang tulus dan ikhlas menghantar dirimu dicintai ALLAH dan orang-orang disekitarmu.

Senyumanmu ...
Ciptakan surga di dunia ini.
Jadikan kata ini semangat hidupmu setiap hari: "Banyak senyum, Banyak Senang,
Banyak rezeki saya, dan Tuhan makin mencintai saya"
Sekarang.........Tersenyumlah!!

PERMINTAAN SEBUAH DIARI

Hari yang melelahkan dengan teriknya matahari dan sapuan udara bercampur debu. Daun-daun berguguran lalu terbang tersapu angin. Terlihat sesosok gadis kecil duduk termenung di kursi taman pusat kota. Terdengar teriakan seseorang dari arah belakang gadis itu.

“Dilla…!” Teriakan itu membuat gadis kecil yang ternyata bernama Dilla itu terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya.

“Dilla..!!” teriak orang itu lagi. Setelah dia melihat orang yang memanggilnya itu, mukanya tiba-tiba memerah dan sepertinya ada rasa geram darinya.

“Dilla, kamu ke mana saja, Nak? Ayah mencarimu dari tadi pagi. Kenapa tiba-tiba kamu kabur?” Tanya orang itu yang ternyata adalah ayah Dilla sendiri. Dilla tetap diam. Wajahnya tetap murung dengan sedikit tatapan sinis. Ayahnya mencoba bicara lagi.

“Ayolah, Nak. Beritahu Ayah. Kamu mau apa?” Sang ayah terus membujuknya untuk bicara. Perlahan wajah Dilla mulai kelihatan tenang. Dan ia pun mulai bicara.
“Ayah nggak akan pernah tau apa yang kuinginkan, karena Ayah nggak pernah perhatiin aku. Ayah nggak akan pernah mengerti dan sampai kapanpun Ayah tak

akan bisa mewujudkannya!” ucap Dilla. Ia mengatakan semua yang ada di benaknya. Perasaan yang dulu ia pendam. Dan sekarang perasaan itu sudah memuncak dan tak dapat dikendalikan lagi.
Ayah merengut dan tiba-tiba memarahi Dilla.

“Apa sih yang kamu mau? Ayah sudah memberikan semua yang kamu minta. Pakaian, handphone, laptop, accessories dan barang-barang lainnya yang Ayah rasa kamu tidak gunakan. Sekarang kamu mau apa? Ayah capek… capek… ngeladenin kamu!”

Mendengar ucapan ayahnya, sakit hati Dilla semakin menjadi-jadi. Perlahan air matanya keluar. Tetes demi tetes menggambarkan kehidupannya yang kelam.

“Kalau Ayah memang tak mau ngurusin aku, mendingan Ayah buang saja aku. Biar Ayah nggak capek lagi dan bisa senang-senang dengan kehidupan Ayah yang nggak jelas itu!” Semuanya ia ungkapkan saat itu juga dan akhirnya ia lari pergi meninggalkan Ayahnya.

“Dilla…!!” teriak ayahnya yang lari mengejarnya.

Larian panjangnya tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tak layak huni. Langkah kakinya bagaikan tersedot rumah itu. Ia mencoba mengetuk pintu rumah itu.Namun tak ada orang yang membukakannya. Ia terus mengetuk pintu itu berkali-kali. Namun tetap tak ada jawaban.
Akhirnya ia mencoba membuka pintu itu. Pintunya tidak dikunci. Ketika ia melihat ke dalam rumah itu, betapa terkejutnya ia. Ia melihat seorang wanita tergeletak tak sadarkan diri dari balik dinding rumah itu.
“Bunda…Bunda…!!” teriaknya dengan air mata yang terus menetes.

“Bunda..!Bangun Bunda..! Bangun…” Dilla mencoba menyadarkan wanita yang ternyata ibunya. Ibunya Dilla tetap tidak sadarkan diri. Dilla pun mulai putus asa. Ingin rasanya ia membawa ibunya ke rumah sakit. Namun, ia tidak bisa membawa ibunya sendirian. Dan walaupun ia lakukan itu, yang pasti ibunya akan marah dengannya. Akhirnya, ia merawat ibunya di rumah itu, hingga ibunya sembuh.

Sudah dua hari Dilla menginap di rumah itu. Namun ayahnya tak kunjung menjemputnya. Ada dua alasan yang mungkin terjadi dengan ayahnya hingga ayahnya tidak bisa menjemputnya. Yaitu, satu; karena ayahnya tidak tau rumah ini. Dua; karena ayahnya sibuk dengan pekerjaannya.

Di rumah kecil itu, Dilla lebih merasa ceria. Karena ia merasa tidak kesepian. Di rumah itu, ia mempunyai teman ngobrol, mencurahkan isi hatinya, berbagi suka dan duka, tertawa bersama dan hal-hal menarik lainnya. Ketimbang di rumah besar yang sunyi, sepi, senyap, hanya bertemankan harta yang tidak berguna.

Ibu Dilla sudah sembuh. Dilla pun berpamitan dengan ibunya. Ia takut ayahnya akan marah besar kalau ia tak kunjung pulang. Ia merasa tersiksa dengan perceraian kedua orang tuanya yang berakibat buruk terhadap masa depannya.

Sesampainya di rumah, Dilla langsung masuk ke kamarnya, menguncinya, dan seperti biasa, ia mencurahkan isi hatinya dalam buku harian.

Malam harinya, ayah Dilla pun pulang. Ia langsung menuju kamar Dilla untuk memastikan anaknya itu sudah pulang atau tidak.
Ketika pintu kamar Dilla dibuka, Dilla pun spontan terkejut, ia langsung menyembunyikan buku hariannya.
“Dilla.. Kamu sudah pulang, Nak. Kamu ke mana aja kemarin? Kenapa nggak bilang sama Ayah?” sang Ayah mencoba menginterrogasi Dilla.
“Nginep rumah teman, Yah.” Jawab Dilla singkat.
“Kenapa kamu nginep rumah teman? Emangnya kamu nggak punya rumah?” Tanya ayah dengan nada pelan.
“Ayah! Aku kesepian di rumah ini. Aku tidak merasa bahagia dengan semua harta yang Ayah berikan. Aku cuma minta perhatian dan kasih sayang kedua orang tuaku. Dan kalian selaluu ada di sampingku. Tapi Ayah tidak pernah mengerti apa maksudku!” bentak Dilla. Emosinya memuncak drastis.
“Terus apa maumu?! Bagaimana Ayah bisa tahu, kalau kamu nggak ngasih tahu Ayah!!” bentak ayah dengan nada tinggi.
Ucapan ayahnya membuat Dilla merasakan sakit yang luar biasa. Sekarang bukan hatinya saja yang sakit, seluruh tubuhnya juga ikut sakit. Dilla merintih kesakitan dan akhirnya pingsan.
Melihat sang anak pingsan, sang ayah langsung membawa Dilla ke rumah sakit. Dan langsung ditangani oleh dokter terhandal.
Sesaat kemudian, dokter keluar dengan wajahnya yang kelihatan pucat. Ayah Dilla pun menghampirinya.
“Penyakitnya kambuh lagi.” Ucap dokter itu.
“Penyakit??” Tanya Ayah Dilla heran.
“Penyakit leukimianya sudah stadium empat!” Lanjut dokter.
Seketika itu pun ayah Dilla terkejut.
Penyakit leukemia? Stadium empat? Batinnya.
“Maaf, Dok. Setahu saya, anak saya tidak pernah mengidap penyakit leukemia. Apalagi sampai stadium empat. Saya tidak mengerti maksud Anda!” Ucap Ayah Dilla.
“Bapak jangan bercanda. Dilla itu pasien lama saya. Sudah 2 tahun ia saya tangani. Kok Bapak sampai tidak tau masalah ini?” Jelas dokter dengan wajah bingung.
Ayah Dilla semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan dokter tersebut.
Sudah 2 tahun? Tapi mengapa Dilla tidak pernah mengatakannya? Batinnya lagi.
“Dok, boleh saya masuk ke dalam? Saya mau jenguk anak saya!” Pinta ayah Dilla sambil mengarahkan telunjuknya ke kamar tempat anak semata wayangnya itu dirawat.

Di dalam kamar itu, ia melihat seorang gadis kecil mempertaruhkan nyawanya melawan sakit yang menderanya. Dimanakah sosok seorang ayah yang dia punya? Mengapa ia tak tau apa yang terjadi dengan anaknya? Apakah batin seorang ayah dengan anaknya tidak terikat? Ditengah lamunannya, ia dibuyarkan oleh secercah suara kecil. Ya, suara Dilla.
“Ayah..” ucapnya lemah.
“Iya, Nak.” Ujar ayahnya sambil meneteskan air mata.
“Ayah.. Aku mau minta sesuatu dari ayah. Aku mau…” Ucapan Dilla semakin lemah. Denyut nadinya semakin cepat. Nafasnya terengah-engah. Dan pada saat itu, detik itu, Dilla menghembuskan nafas terakhirnya sebelum mengatakan keinginannya itu.
Tangisan langsung meluap dari kedua mata sang ayah. Sampai akhir hayat anaknya, ia tidak dapat mengabulkan permintaan anaknya itu.
Dan sekarang ia tidak tau harus bagaimana. Ia tidak tau apa yang anaknya inginkan. Dan ia tidak tau bagaimana mewujudkannya.

Dua hari setelah kepergian Dilla, sang ayah terus saja berdiam diri di rumah. Ia sekarang sadar, harta yang paling berharga baginya bukanlah uang tetapi keluarga. Ia pun mencoba mengenang Dilla dengan masuk ke dalam kamar Dilla. Ia membereskan kamar anaknya itu. Ketika ia sedang membereskan tempat tidur, tak sengaja ia menemukan sebuah diary di bawah bantal. Ia pun kemudian membuka diary itu, dan membacanya.

Deardiary…
Aku tak tau apa yang sedang ku alami
Semuanya berubah begitu saja.Perceraian Ayah dan Bunda telah membuatku
larut dalam kegelapan
Aku tak bisa melihat masa depanku nanti.
Sekarang aku mencoba menahan penyakit leukemiaku. Aku tidak ingin mereka
mengetahuinya. Aku tidak ingin kedua orang tuaku saling menyalahkan.
Cukup aku yang merasakan sakit ini.

Deardiary…
Ya Tuhan
Kenapa Kau berikan cobaan ini kepadaku?
Kenapa Kau memberikan sakit ke Bundaku?
Kenapa Kau buat Ayah melupakanku?
Kenapa aku tidak pernah bisa menjadi orang yang lebih sabar lagi menahan
cobaan ini.
Ya Tuhan..
Yang hambaMu inginkan cuma satu. Tolong persatukan keluarga kami lagi.
Tolong satukan Ayah dan Bunda agar Ayah bisa merawat Bunda.
Karena mungkin hamba tidak bisa merawat Bunda lagi.
Karena mungkin Kau akan memanggil hamba.
Jadi hamba mohon, persatukan keluarga hamba.
Ayah… yang Dilla minta selama ini adalah itu.
Dilla minta Ayah menjemput ibu di rumah kecil di bawah jembatan tua.
Dan Dilla ingin Ayah menjaga dan merawat Bunda untuk selamanya. Hingga
akhir hayat.
Amiiinn…

Tetesan air mata berjatuhan. Isak tangis meluap. Sekarang.. saat itu juga ayah Dilla pergi menjemput mantan istrinya itu sesuai kehendak Dilla.

Di rumah kecil itu, ia melihat mantan istrinya duduk termenung. Ia pun mendekatinya dan perlahan mengatakan tentang kepergian Dilla.

Mendengar berita itu, sang ibu langsung menangis. Ia tak dapat menerima semua itu. Namun, ia pun tidak bisa mengelak takdir illahi. Sesuai keinginan Dilla, kedua orangtuanya pun bersatu kembali.

kIsah sedih si kecIl ika..=(

Suatu hari dia terjumpa sebatang paku karat. Dia pun melakar simen tempat letak kereta ayahnya tetapi kerana diperbuat daripada marmar,lakaran tidak kelihatan. Dicubanya pada kereta baru ayahnya. Ya....kerana kereta itu bewarna gelap, lakarannya jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun melakarlah melahirkan kreativitinya. Hari itu bapa dan ibunya bermotosikal ke tempat kerja kerana laluannya sesak sempena perayaan
Thaipusam.

Penuh sebelah kanan dia beredar ke sebelah kiri kereta. Dilakarnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu langsung tak disedari si pembantu rumah. Pulang petang
itu, terkejut besar pasangan itu melihat kereta yang baru setahun dibeli dengan bayaran ansuran yang belum habis berbayar, berbatik-batik.

Si bapa yang belum pun masuk ke rumah terus menjerit, 'Siapa punya kerja ni?' Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. .Mukanya merah padam ketakutan tambah-tambah melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 'Tak tahu... !''Saya tak tahu Tuan..! ''Duduk di rumah sepanjang hari tak tahu, apa kau buat?' herdik siisteri lagi. Bila anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari bilik. Dengan penuh manja dia berkata 'Ita buat ayahhh.. cantik kan !' katanya menerkam ayahnya ingin bermanja seperti selalu.

Dengan kasih murni seorang anak yang belum memahami apa-apa, menarik lembut poket seluar abahnya, manja. Si ayah yang hilang sabar merentap ranting kecil pokok bunga raya didepannya, terus dipukul bertalu-talu tapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul tapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan diri, mungkin setuju dan berasa puas dengan hukuman yang dikenakan.Pembantu rumah melopong, tak tahu nak buat apa-apa, sungguh kesian dan teramat sedih, namun dia sangat takut .

Si bapa cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya. Selepas merasa puas, si bapa masuk ke rumah dituruti si ibu. Pembantu rumah segera memeluk dengan penuh sayang dan duka, cepat-cepat menggendong anak kecil itu, membawanya ke bilik. Dilihatnya tapak tangan dan belakang
tangan si anak kecil calar balar.Menangis teresak-esak keduanya, dalam bilik. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia menangis. Anak kecil itu pula terjerit-jerit menahan kepedihan sebaik calar-balar itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapa sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.

Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anakbengkak. Pembantu rumah
mengadu. 'Sapukan minyak gamat tu!' balas tuannya, bapa si anak. Pulang
dari kerja, dia tidak melayan anak kecil itu yang menghabiskan masa di bilik pembantu. Si bapa konon mahu mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah langsung tidak menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. 'Ita demam... ' jawap pembantunya ringkas. 'Bagi minum panadol tu,' balas si ibu.

Sebelum si ibu masuk bilik tidur dia menjenguk bilik pembantunya. Apabila dilihat anaknya ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup semula pintu. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahu tuannya bahawa suhu badan Ita terlalu panas. Petang nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap' kata majikannya
itu. Sampai waktunya si anak yang longlai dibawa ke klinik.

Doktor mengarahnya ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius. Setelah seminggu di wad pediatrik doktor memanggil bapa dan ibu kanak-kanak itu. 'Tiada pilihan..' katanya yang mencadangkan agar kedua-dua tangan kanak-kanak itu dipotong kerana jangkitan yang sudah menjadi gangren sudah terlalu teruk. 'Ia
sudah bernanah, demi nyawanya tangan perlu dipotong dari siku ke bawah' kata doktor.

Si bapa dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dirinya tunggang terbalik, tapi apalah dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapa terketar-ketar
menandatangani surat kebenaran pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan, selepas ubat bius yang dikenakanhabis, si anak menangis kesakitan.

Dia juga terpinga-pinga, melihatkedua- dua tangannya berbalut putih. Direnung muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah.Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam seksaan menahan sakit, si anak yang keletah bersuara dalam linangan air mata... 'Abah.. Mama... Ita tak buat
lagi. Ita tak mau ayah pukul. Ita tak mau jahat. Ita sayang abah.. sayang mama.' katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa.

'Ita juga sayang Kak Narti..' katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung seperti histeria. Tidak seorang pun yang melihat suasana itu tidak menangis.... 'Abah.. bagilah balik tangan Ita. Buat
apa ambil.. Ita janji tak buat lagi! Ita nak makan, macam mana? Nak main macam mana? Ita janji tak conteng kereta lagi,' katanya bertalu-talu.

Bagaikan gugur jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraunglah dia
sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya..

>>>Didiklah dan pukullah anak anda dengan penuh kasih sayang, bukan untuk lepaskan geram & marah anda...

Gambar: sekadar gambar hiasan

Bidadari Dunia

Kita terus menelaah Bidadari Dunia hari ini. Perempuan yang merupakan manusia, tetapi melangkah dengan langkahan bidadari. Mahal. Indah. Tinggi. Mulia.

Antara ciri-ciri wanita, perempuan yang sedemikian, pada saya, adalah yang menjaga akhlaknya.

Ya. Akhlak.

Dikatakan bahawa akhlak adalah pakaian yang menunjukkan keadaan kita. Buruk akhlak, buruklah orang memandang kita. Walaupun pada kita ada seribu satu kelebihan, seperti cantik, kaya dan sebagainya.

Cantik akhlak, cantiklah orang memandang kita. Walaupun pada kita ada seribu satu kekurangan, seperti miskin, tidak berapa cemerlang dalam pelajaran dan sebagainya.

Dan antara yang mendamaikan jiwa manusia, adalah akhlak.

Sebab itu perempuan berakhlak, dia adalah bidadari dunia.

Akhlak, bukan semata berdiri di atas nilai murni.

Pertamanya, perlu difahami bahawa, akhlak mulia bukanlah semata-mata berdiri di atas nilai murni semata-mata. Apakah maksud saya dengan penyataan ini?

Yakni, kita tidak memandang bahawa akhlak mulia itu semata-mata berdiri di atas nilai moral. Contohnya, kita tidak berbogel di tengah masyarakat, kerana masyarakat menganggap itu satu perkara yang tidak bermoral. Maka kita berpakaian, kerana pada masyarakat, berpakaian itu bermoral.

Contoh lain, kita tidak menengking-nengking orang, kerana masyarakat menganggap menengking itu satu perkara yang tidak murni. Begitu juga dengan kita membantu orang, kerana masyarakat menganggap membantu orang lain adalah perkara yang murni.

Ya. Akhlak bukan berdiri di atas ‘nilai murni’ atau ‘moral’ dengan ukuran masyarakat, ukuran manusia.

Tetapi konsep berakhlak yang sebenar itu, diukur dengan nilaian yang telah diletakkan oleh Allah SWT.

Masyarakat mungkin boleh menerima bahawa yang memakai baju kurung, tanpa tudung, itu dikatakan berakhlak, sopan. Tetapi di dalam Islam, itu belum mencapai tahap berakhlak lagi. Kerana jelas, di situ ada ‘keingkaran’ kepada Allah SWT berlaku. Maka bagaimanakah kita boleh mengira keingkaran kepada Allah SWT sebagai ‘berakhlak’?

Contoh lain dalam isu ini, berpegangan tangan dengan yang bukan mahram. Mungkin pada masyarakat, itu tidak mengapa. Tiada masalah. Bukan peluk pun. Jadi kalau berpegangan tangan, bersentuh bahu studi bersama, maka itu boleh dikira berakhlak lagi. Tetapi tidak di dalam Islam. Itu belum mencapai tahap ‘berakhlak’. Kerana jelas berlaku pengingkaran kepada Allah SWT di situ.

Jadi, bidadari dunia memahami akhlak mulia itu sedemikian rupa.

Apakah ‘akhlak mulia’? Itulah dia dengan berakhlak mengikuti akhlak yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

Maka Mereka Berakhlak dengan akhlak yang diperintahkan.

Firman Allah SWT:

“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya.” Surah An-Nur ayat 31.

“Wahai isteri-isteri Nabi, kamu semua bukanlah seperti mana-mana perempuan yang lain kalau kamu tetap bertaqwa. Oleh itu janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu), dan sebaliknya berkatalah dengan kata-kata yang baik (sesuai dan sopan).” Surah Al-Ahzab ayat 32.

“Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” Surah Al-Ahzab ayat 59.

“Ada dua golongan yang akan menjadi penghuni neraka. Aku belum pernah melihat mereka iaitu golongan yang mempunyai cemeti-cemeti bagaikan ekor lembu yang digunakan untuk memukul orang dan golongan kedua adalah para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggang-lenggok ketika berjalan, menarik perhatian orang yang melihat mereka. Kepala mereka bagaikan bonggol unta yang senget. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak dapat mencium bau wanginya. Sesungguhnya bau wangi syurga boleh terhidu dari jarak perjalanan yang sangat jauh.” Hadith Riwayat Muslim, bernombor 3971.


Begitulah Allah SWT memerintahkan. Begitulah Rasulullah SAW menunjukkan.

Maka Bidadari Dunia itu matanya tidak liar dalam memandang yang tidak sepatutnya. Tidaklah bermaksud tunduk hingga terlanggar tiang dalam perjalanannya. Tetapi bermaksud, tidak terlalu teruja dengan sesuatu yang tidak sepatutnya.

Tiadalah pula mereka ini menunjuk-nunjukkan perhiasan mereka, kecuali pada tempat yang memang tidak terlindung. Tiadalah mereka menayang-nayangkan barang kemas, dan berlebih-lebihan dalam mengenakan hiasan.

Mereka juga menutup aurat dengan kemas. Tidak semata-mata mengikut fesyen arus itu dan ini. Tetapi memastikan bahawa yang Allah kehendaki itu selesai. Yakni menutup seluruh tubuh kecuali tangan dan wajah. Juga tidaklah hingga menunjukkan tubuh badan. Pakaian mereka labuh, walau apa pun yang dipakai mereka.

Mereka juga tidaklah ‘gedik’, mengada-ngada, melembutkan suara pada yang bukan mahram, dan berhubungan bebas dengan mereka. Tidak pula perempuan yang beriman ini, bidadari dunia ini, bila berjalan kedengaran ‘keletak-keletuk’. Mereka berjalan dengan sopan, teratur, dan tidak terlalu menarik perhatian. Terjaga.

Walaupun ada ayat di atas menyebut ‘isteri-isteri nabi’, tetapi hakikatnya hukum itu jatuh kepada semua perempuan muslimah yang beriman. Hal ini kerana, isteri-isteri nabi adalah ibu kepada perempuan yang beriman. Kerana itu mereka digelar, Ummul Mukminin. Mereka menjadi ikutan kepada perempuan yang inginkan keredhaan Allah SWT.

Kerana itu. Bidadari Dunia Sangat Indah.

Kerana memahami akhlak yang sedemikian ini dan melaksanakannya lah, Bidadari Dunia menjadi sangat indah. Cuba perhatikan semula sub topi di atas ini dan kemudian bayangkan. Sederhana bukan?

Ya. Sederhana. Tidak kelihatan terlalu terkinja-kinja. Kelihatan amat sopan. Amat cantik dalam erti kata cantik yang sebenar. Amat indah.

Saya tidak mampu menterjemahkan dengan apa-apa perkataan lain selain perkataan Sederhana.

Tidak terlalu melebih-lebih. Dan tidak pula terlalu kurang. ‘Just nice’ orang putih kata.

Itu yang membuatkan Bidadari Dunia indah.

Penutup: Tetapi siapakah yang hendak berakhlak sedemikian rupa?

Tetapi siapakah daripada kalangan saudari-saudari saya ingin berakhlak sedemikian?

Berakhlak dengan apa yang Allah SWT mahu. Bukan sekadar apa yang masyarakat mahu.

Akhlak yang indah. Yang cantik. Yang mulia.

Ketahuilah bahawa perempuan yang sedemikian, mahal harganya.

Terjaga. Kemas. Bukan murah yang boleh diambil oleh sesiapa. Suci!

Bidadari Dunia!

Siapakah yang mahu menjadi?

Sunday, 11 November 2012

3 GOLONGAN YANG MENUNTUL ILMU

Dan ketahuilah bahawa manusia di dalam menuntut ilmu ini terbahagi kepada tida keadaan.:



Pertama: Orang yang mencari ilmu untuk menjadikannya sebagai bekalan ke negeri akhirat maka dia tidak berniat dengan mencari ilmu kecuali hanya mendapat keredhaan Allah dan negeri akhirat. Maka orang ini termasuk di dalam golongan orang yang beruntung.



Kedua: Orang yang mencari ilmu untuk mendapatkan keuntungan yang segera (dunia) dan menadapatkan kemuliaan, pangkat dan harta benda, sedangkan dia sendiri menyedari hal ini dan merasakan di dalam hatinya akan kejahatan keadaan yang dialaminya dan kehinaan maksudnya. Maka orang ini adalah berada di dalam golongan yang berbahaya. Jikalau dia mati sebelum sempat bertaubat, maka dibimbangi ia akan mati dalam keadaan “su-ul khatimah” kemudiannya urusannya terserahlah kepada kehenadak Allah (kalau mahu dimaafkan atau diseksa). Tetapi jikalau dia mendapat taufik sebelum matinya lalu dia bertaubat dan sempat mengamalkan ilmu yang telah dituntutnya dan sempat pula membuat pembetulan terhadap apa yang tercedera dan tercuai. Maka bolehlah dia dikumpulkannya bersama golongan yang beruntung, kerana orang yang bertaubat daripada dosanya sama seperti orang yang tidak berdosa.



Ketiga: Orang yang telah dikuasai oleh syaitan maka ia menjadikan ilmu yang dituntutnya itu sebagai alat untuk menghimpunkan harta benda dan bermegah-megah dengan kedudukan dan merasa bangga dengan ramai pengikutnya. Dia menggunakan ilmu yang dituntut itu untuk mencapai segala hajatnya dan untuk mengaut keuntungan dunia. Walaupun demikian, dia masih terpedaya lagi dengan sangkaannya bahawa dia mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah kerana dia masih lagi pada zahirnya menyerupai para ulama. Dia bercakap seperti percakapan ulama dan berpakaian seperti ulama, pada hal zahir dan batinnya penuh dengan tamak haloba dalam menghimpun kekayaan dunia. Orang yang seperti ini termasuk dalam golongan orang yang binasa, jahil dan tertipu dengan helah syaitan dan sangat tipis harapan untuk ia bertaubat kepada Allah kerana dia telah menyangka bahawa dirinya termasuk di dalam golongan orang yang baik, pada hal ia telah lupa akan firman Allah Taala: yang bermaksud;



“Wahai orang yang beriman, kenapa kamu memperkatakan barang yang tidak kamu amalkan?”

(Surah Al-Syaf, ayat 2)



Dan orang ini sebenarnyan termasuk dalam golongan yang dimaksudkan oleh Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya: yang bermaksud;



“Selain daripada Dajjal ada satu perkara yang sangat aku bimbangkan lebih daripada Dajjal?. Lalu ada orang yang bertanya: Apakah itu wahai Rasulullah? Nabi s.a.w menjawab: Mereka ialah Ulama Su’ yakni ulama yang jahat.”


p/s= Ya Allah,, berkatilah ilmu yang kami pelajari ini....kurNiakanlah kepada kami kefahaman agar kelak kami mudah untuk menimba dan mengamalkan ilmu-MU...amiin ya rabb ^^

anAK kEcIL YANg TakUt aKan NeraKA

Dalam sebuah riwayat menyatakan bahawa ada seorang lelaki tua sedang berjalan-jalan di tepi sungai, sedang dia berjalan-jalan dia terpandang seorang anak kecil sedang mengambil wudhu' sambil menangis.

Apabila orang tua itu melihat anak kecil tadi menangis, dia pun berkata, "Wahai anak kecil kenapa kamu menangis?"


Maka berkata anak kecil itu, "Wahai pakcik saya telah membaca ayat al-Qur'an sehingga sampai kepada ayat yang berbunyi, "Yaa ayyuhal ladziina aamanuu quu anfusakum" yang bermaksud, " Wahai orang-orang yang beriman, jagalah olehmu sekalian akan dirimu." Saya menangis sebab saya takut akan dimasukkan ke dalam api neraka."

Berkata orang tua itu, "Wahai anak, janganlah kamu takut, sesungguhnya kamu terpelihara dan kamu tidak akan dimasukkan ke dalm api neraka."

Berkata anak kecil itu, "Wahai pakcik, pakcik adalah orang yang berakal, tidakkah pakcik lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali yang mereka akan letakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru mereka letakkan yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar dahulu sebelum dibakar orang dewasa."

Berkata orang tua itu, sambil menangis, "Sesungguh anak kecil ini lebih takut kepada neraka daripada orang yang dewasa maka bagaimanakah keadaan kami nanti?"

Saturday, 10 November 2012

RinDu RasUluLLah kEpada Kita.....


Dalam sebuah riwayat hadis...

Ketika itu Baginda Nabi Muhammad s.a.w sedang duduk berkumpul bersama-sama para sahabat...
Di antara sahabat-sahabat termasuklah Saidina Abu Bakar, Saidina Omar, Saidina Uthman, Saidina Ali dan yang lain...
Lalu kemudian Baginda bertanya kepada sahabat-sahabatnya...

Wahai sahabatku, tahukah kalian...Siapakah hamba Allah yang mulia di sisi Allah?

Para sahabat terdiam... lalu ada salah seorang sahabat berkata...

Para Malaikat ya Rasulallah... merekalah yang mulia

Baginda berkata...

Ya, para Malaikat itu mulia, mereka dekat dengan Allah... Mereka sentiasa bertasbih dan beribadat kepada Allah... tentulah mereka mulia... tapi bukan itu yang ku maksudkan

Lalu kemudian para sahabat kembali terdiam...
Tiba-tiba salah seorang sahabat kembali berkata...

Ya Rasulallah, tentulah para Nabi...merekalah yang mulia itu

Nabi Muhammad s.a.w tersenyum... baginda berkata...

Para Nabi itu mulia...mereka adalah utusan Allah di muka bumi ini... bagaimana mungkin mereka tidak mulia...mereka mulia... tapi ada lagi yang lainnya

Para sahabat terdiam...tertanya... siapa lagi orang yang mulia...
Hingga kemudian salah seorang sahabat berkata...

Ya Rasulallah... apakah kami sahabatMu ya Rasulallah...apakah kami yang mulia itu Ya Rasul?

Baginda memandang wajah sahabatnya satu persatu... Baginda tersenyum melihat para sahabat...
Baginda berkata...

Tentulah kalian mulia...kalian dekat denganku...kalian membantu perjuanganku... mana mungkin kalian tidak mulia...tentulah kalian mulia... tapi ada lagi yang lain yang mulia

Para sahabat terdiam semuanya... mereka tidak mampu berkata apa-apa lagi...
Lalu tiba-tiba... Nabi Muhammad menundukkan wajahnya... Baginda menangis di hadapan sahabat-sahabatnya...
Para sahabat tertanya-tanya...

Mengapa kau menangis Ya Rasulallah?

Lalu Baginda mengangkat wajahnya... terlihat bagaimana air mata berlinang membasahi pipi dan janggutnya...
Baginda berkata...

Wahai saudaraku... sahabatku... tahukah kalian siapa yang mulia itu... mereka adalah manusia-manusia... mereka akan lahir jauh setelah wafatku nanti... mereka begitu mencintai Allah dan tahukah kalian... mereka tidak pernah memandangku... mereka tidak pernah melihat wajahku... mereka hidup tidak dekat dengan aku seperti kalian... tapi mereka begitu rindu kepada ku dan saksikanlah wahai sahabatku semuanya... Aku pun rindu kepada mereka... mereka yang mulia itu...merekalah umatku..

bygkn saat itu Nabi Muhammad menitiskn air matanya semua sahabat menangis..
Tlg katakn siapa yg drindukan baginda Nabi Muhammad s.a.w. Siapa yg sentiasa didoakn oleh baginda setiap waktu? Demi Allah skrg tlg tanya dri kita msg2. Sudahkah kita mencintai Baginda Nabi Muhammad s.a.w. Tlg bygkn siapa idola kita slama ini.. Sudahkah ada air mata yg blenangan krn rindukan Baginda? Sudah berapa lama kita lalai dan leka hdup ini. Sudah berapa lama kita melupakan baginda Nabi Muhammad s.a.w.. Maka mari kita hidupkan rasa cinta kpd Baginda s.a.w. Sm0ga kelak dhari kemudian di pdg mahsyar kita akn bkumpul bsama Nabi Muhammad s.a.w.
:'(

sAhaBat......

                                                بسم الله الرحمن الرحيم



SAHABAT.......

daLam berJuta engkaulah satu....ukHuwah yang dibina untuk menuju jalan-Nya yang satu...

bersahabat dan berjumpa kerana Allah...berpisah kerana Allah.....
bak kata orang..sahabat sejati sentiasa d sisi...

Imam Al ghazali pernah berkata,'' sahabat yang baik ialah mereka yang menjaga nama baikku

semasa aku hidup mahupun aku meninggal dunia''


 seKolah sains sUltan haJi aHmad shah
                                    di masJid jeNgka 13.... jemaah kmtph...

tUhan aTurkan antara kita 1 pertemuan...

 dalaM 1 perteMuan dittapkan 2 hati,,aku n engkau ...

dalaM 2 hati tuhan berikan 3 rase..sayang,kasih, & cinta....

dalm 3 rase,,diselitkan 4 tjuan..bkenalan,bteman,bkawan&bersama

dalam 4 tjuan..tersembunyi 5 pkataan ''Teman Baik Selalu Di Sisi''

dlm 5 pkataan tersembunyi 6 impian iaitu ''kekal,syg,setia,mgerti menghargai & mgingati''... dalam 6 impian terkandung 7 huruf....

 itulah '' S A H A B A T''....... always together..:) 


seMoga ukhuwah yang terbina sentiasa kukuh hendaknya....=)))~

BERTAUBATLAH SEBELUM AJAL DATANG MEJEMPUT......

                                               بسم الله الرحمن الرحيم 


"Dosa umpama pokok yang tumbuh di dalam hati. Semakin lama dosa itu dibiarkan tanpa dicabut keluar, maka semakin kuat cengkaman akar dosa itu di dalam jiwa seseorang.

dosa umpama benih pohon kejahatan yang bersemi di dalam hati. Mula-mula dia bercambah, mengeluarkan akar, batang, dahan, ranting & daun-daun."


Catatan & penulisan ini bukan kerana nama,

Nama tidak menjamin Redha Rabbuna.

Penulisan ini bukan kerana harta,

Lagilah harta tidak menjamin ke syurga.

Bukan juga kerana terpaksa,

Memaksa itu bukan sifatnya Habibullah.

Ini bukan kerana sesiapa,

Kerana sesiapa bukan ghoyah utama.

Penulisan ini hanyalah kerana Allah,

Kerana RedhaNya adalah kunci kejayaan dunia,

Gerbang menuju Jannah


Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,

berfikir sebelum bertindak,

santun dalam berbicara,

tenang ketika gundah,

diam ketika emosi melanda,

bersabar dalam setiap ujian.


Jadikanlah kami orang yang selembut Abu Bakar As-Siddiq,

sebijaksana Umar bin Khattab,

sedermawan Uthman bin Affan,

sepintar Ali bin Abi Thalib,

sesederhana Bilal & setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhum

Amiin Ya Rabbal'alamin


Dosa penghalang untuk taat kepada Allah. Sedangkan taat itu menjamin keselamatan kita di dunia & akhirat.

Allah berfirman yang bermaksud:

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang yang beriman supaya kamu beruntung."



(An-Nur, 24: 31)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...